Friday, January 20, 2012

Ending of Love

Seakan waktu berputar sangat cepat,seperti baru kemarin aku dan dia dilahirkan bersama,dan sekarang? Kami disini bersiap-siap untuk masuk ke sekolah baru kami di SMA,ya kami SMA sekarang

-Jassie's POV-


Aku meletakkan sisirku ketika merasa rambutku sudah rapi tapi tiba-tiba tangannya mengacak lagi rambutku,argh sia-sia aku mengikat rambutku rapi karena ujung-ujungnya rambutku hanya akan tercepol asal


"Justin,stop do that to me!" Kataku ketika dia mengacak rambutku,dia hanya tertawa lalu duduk dikasurku sambil mengunyah roti yang disiapkan ibuku memang untuk kami berdua


"You look so beauty J" katanya sambil tertawa dan roti yang ia kunyah jadi terlihat,dasar jorok


"I'm beautiful in everytime and everyway" kataku dengan pdnya dan dia terkekeh karena ucapanku dan menelan sisa roti dimulutnya lalu melihat ke arah jam di atas meja kecilku


"Okay Jassie Katelson you're my beautiful best friend ever" katanya sambil menarikku ke arah pintu agar aku bergegas,lalu aku merangkulnya dan kami turun ke bawah,siap menjalani kehidupan SMA kami,yippiee


Aku Jassie Katelson,kalian boleh panggil aku Jassie Jass or Kate,but only Justin who can call me J,hehe.Aku dan dia lahir bersama dan kami memang di takdirkan bersahabat sejak kami lahir,kedekatan kami hampir dikira lebih dari seorang teman oleh teman-teman kami selama di SD ataupun SMP,aku dan dia bersama sejak lahir,kami tumbuh bersama,aku tau semua tentangnya,dan dia tau semua tentangku,kami berbagi semua yang kami miliki,dan kedekatan kami alami,dan menurutku tidak mungkin ada cinta diantara kami selain cinta sahabat


"what if we don't have any friends there" kataku khawatir ketika dia membelokkan mobil range roversnya di parkiran sekolah baru kami,dia menatapku sambil tersenyum


"Who's need friends if you've had a best friend in the world?" Katanya sambil tertawa renyah,aku memukul lengannya ringan dan kamipun turun dari mobilnya,aku menatap ke sekeliling,tidak terlalu buruk,mereka tidak terlihat menyeramkan

'we were always together, and it made me used to beside him'

Di hari pertama kami sudah memiliki teman yang cukup banyak,kami bisa bergaul dengan yang lainnya dengan mudah,tetapi tetap kami selalu bersama,sehingga merekapun berfikir apakah kami pasangan,tentu tidak,itu tidak akan pernah terjadi,dan kamipun tak akan mau,kami lebih senang disebut sepasang sahabat


---


Tak terasa waktu bergulir dengan cepat,seminggu sudah kami menjalani kehidupan SMA kami,dan aku dekat dengan seorang anak perempuan cantik,dia memiliki senyum menawan,Marrie.Wajahnya latin karena dia memang orang meksiko,badannya ramping,dan mungkin dia adalah tipe-tipe cowok sekarang,aku berkenalan dengannya karena tidak sengaja seragam olahraga kami tertukar,sejak itu kami dekat,begitupun Justin yang membawa dua orang lagi dalam persahabatan kami,Ryan dan Chaz,seorang yang dewasa,lucu,dan keren.Walaupun anggota kami bertambah tak ada yang bisa menyaingi dan merubah kedekatanku dan Justin yang aku rasa abadi


-Normal POV-


Mereka berlima menghabiskan sore mereka di perpustakaan sekolah karena tugas history yang lumayan banyak dari guru killer mereka,dengan gelak tawa di setiap pengerjaannya,seakan tak ada habisnya,tapi kali ini ada yang berbeda,Justin lebih banyak menggoda Marrie dibanding Jassie,itu tak masalah.Toh mereka sahabat juga,tapi ada yang menganjal,dan Jassie merasakan itu,hanya saja dia mengabaikannya


"Oh c'mon we have to go practice at 5 pm" seru Chaz sambil mempercepat menulisnya,Ryan mengangguk sambil melihat jam di dinding perpustakaan dan ikut mempercepat menulis,sedangkan Marrie Jassie dan Justin santai sja karena mereka tidak bergabung dalam club basket yang mengharuskan latihan pukul 5 sore


"Finish!" Seru Chaz sambil bergegas membereskan buku-bukunya diikuti Ryan yang sepertinya juga sudah selesai


"We have to go now,no problem right?" Tanya Ryan yang masih membereskan buku-bukunya,Justin dan Jassie mengangguk tanpa memandang sedangkan Marrie mengangguk sambil tersenyum manis


"okay,bye" teriak Ryan dan Chaz bersamaan sambil bergegas pergi karena memang mereka sudah terlambat


Sekitar 15 menit kemudian mereka ber3 baru selesai,dan tak terasa perut mereka berbunyi bersamaan


"I think we should get dinner early" kata Justin sambil merentangkan tangannya berusaha merelaksasikan otot yang di pergunakannya menulis selama 3 jam ini


"MCD?" Tanya Jassie sambil merapikan buku-bukunya,tanpa pikir panjang tentu Justin langsung setuju tetapi Marrie terlihat tidak setuju


"Oh sorry I can't... I have to at home before 6 pm" katanya dengan wajah yang terlihat bersalah,Justin dan Jassie saling menatap


"Oh no problem" kata Justin lagi lalu ikut membereskan barang-barangnya


"so we were alone" ucap Justin yang sedang membereskan pulpennya yang berserakan


"we're not going anywhere, we'll take Marrie to home! It was almost night" kata Jassie sambil menggeplak kepala Justin,Marrie melongo


"Eh you don't need to do that,I can.." Jassie menggeleng dan Marrie tau niat Jassie mengantarnya pasti karna khawatir

'Aku yang menggali kuburanku sendiri,jadi untuk apa aku menangisi kematian hatiku lagi?'

Tak ada suasana canggung di antara mereka ber3,mereka asyik dengan canda tawa mereka,tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah besar milik Marrie,ya walaupun tak sebesar rumah Jassie dan Justin tapi ini juga tergolong rumah mewah


"Thanks guys,I'm so have fun today" kata Marrie sambil membenarkan letak tasnya


"Anytime Marr" ucap Jassie yang di setujui Justin dengan sebuah anggukan,Marrie tersenyum lalu turun dari mobil Justin dan melambai sampai Justin melajukan mobilnya


"because of you I'm hungry" ucap Justin sambil fokus kearah jalanan,Jassie terkekeh


"We take Marrie,our bestfriend to home,why are you even upset?" Kata Jassie santai,Justin mencibir dengan bibirnya membuat Jassie menyentil dahinya


"You can have dinner at my house" kata Jassie lagi dan membuat Justin nyengir kuda,dan Jassie hanya tersenyum melihatnya

'Entah sejak kapan,aku mulai berdebar di dekatnya'

---


Makan malam dengan beefsteak membuat Jassie dan Justin kekenyangan dan dengan segera mengantuk,tetapi mereka belum beranjak untuk tidur,mereka sedang asyik di kamar Jassie yang cozy,Jassie sedang sibuk memainkan macbooknya dan tenggelam di dunia maya,sedangkan Justin sibuk memainkan senar gitar klasik di tangannya


"All I hear is raindrops falling on the rooftop,Oh baby, tell me why’d you have to go" Justin mengambil nafas lalu mulai lagi melanjutkan alunan lagunya


"‘Cause this pain I feel it won’t go away,and today I’m officially missin’ you"


"I thought that from this heartache, I could escape but I’ve fronted long enough to know there ain’t no way and today I’m officially missing you" Jassie mulai mengalihkan perhatiannya pada suara merdu Justin yang berat menenangkan


"Ooh...can’t nobody do it like you said every little thing you do, hey, baby said it stays on my mind and I-I’m officially..." Justin yang melihat sahabatnya terbengong menatapinya seketika menghentikan nyanyiannya sambil melempar bantal yang sedari tadi ada disampingnya ke arah si pemiliknya


"why are you staring? I'm too handsome huh?" Kata Justin menyadarkan Jassie dari bengongnya


"Wha..what?iuh only in your dream" ucap Jassie dan melanjutkan lagi memainkan macbooknya,Justin hanya tertawa dan melanjutkan lagi nyanyiannya


"All I do is lay around, 2 years full of tears,from looking at your face on the wall just a week ago you were my baby" ketika tak sengaja Justin melirik dia melihat Jassie bergerak kesamping kiri-dan kanan seperti kehilangan keseimbangan,gadis itu mengantuk,selain karna makan kekenyangan,lagu yang Justin nyanyikan juga membuatnya makin mengantuk


"Ooh...can’t nobody do it like you said every little thing you do, hey, baby said it stays on my mind and I-I’m officially well, I thought I could just get over you, baby but I see there’s something I just can’t do from the way you would hold me to the sweet things you told me"


I just can’t find a way to let go of you

Ooh...can’t nobody do it like you
Said every little thing you do, hey, baby
Said it stays on my mind
And I-I’m officially...

Justin dengan segera melempar gitarnya ke samping dan melompat ke tempat dimana gadis itu duduk,yang sekarang tubuhnya ambruk,dan dengan tepat Justin menangkapnya.Gadis itu tertidur di bahu Justin sekarang,Justin bersandar di pinggiran sofa yang memang ada di belakangnya dengan sangat perlahan agar sahabat tersayangnya itu tidak terbangun


-Justin's POV-

I just can’t find a way to let go of you

Jassie selalu menampakan wajah malaikatnya ketika tertidur,wajah cantiknya selalu mengisi hari-hariku,setiap hari tak ada hari tanpanya dan entah mengapa aku tak pernah bosan.Rumahku sedari dulu ada di sebelah rumahnya,sejak lahir kami bersama,kami terbiasa dengan itu sehingga kami tak pernah terpisah,kecuali ketika nanti maut memisahkan,ataupun... Pernikahan.Tidak,aku tak akan berpisah dengannya karna aku yang akan menikah dengannya,kalian tau? Aku sangat menyukainya,menyayanginya,mencintainya.Tapi dia hanya menganggap itu sebuah lelucon,dia tak pernah tau yang sebenarnya,tapi tak lama lagi aku akan menyatakan perasaanku

'Terlambat aku menyadarinya,aku sudah memukulnya pergi,dan ketika dia pergi aku berharap dia kembali,tapi semua terlambat'

"I love you J" kecupan lembut di dahinyapun menghantarkan aku ke alam bawah sadarku,akupun tertidur dengan dia yang tertidur dibahuku


---


Lagi-lagi kami harus pulang terlambat,guru killer itu menghukum kami berlima karna dia bilang kami saling contek,padahal kami hanya kerja bersama tidak 'kerja sama' menyebalkan! Aku menggemblok tasku malas,aku melihat Jassie sedang saling rangkul dengan Ryan,aku cemburu,tentu! Jassie itu cantik,dan dia orang yang menyenangkan,tak susah membuat orang menyukainya,aku takut dia diambil orang lain,aku harus menyatakannya sekarang


"Jassie" sapaku sambil merangkulnya,dia menatapku dengan alis terangkat sebelah membuatku ingin mencubitnya


"I want to talk with you" kataku seakan menyindir Ryan karena hanya Jassie yang ingin aku ajak bicara


"Okay just say it" katanya santai,dia tidak mengerti huh?dasar.


"Just we both..." Ryan yang merasa tersindir langsung menyibir


"I'm go" kata Ryan sambil berlalu,aku menarik sebelah tangan Jassie dan menatap dalam matanya


"don't have to like this when you're hungry, I'll buy you a burger" katanya membuang pandangan dari mataku,aku memegang dagunya dan memutarnya agar menatapku


"I'm not hungry,okay I'm hungry but this isn't about burger ok?" Kataku tegas,dia terlihat mengernyit memintaku melanjutkan omonganku yang tadi diputusnya


"I love you" kataku jelas,dan mengucapkan ini butuh kekuatan ekstra


"Hahahha It's funny bieber,funny! Okay enough,I'm so hungry now" katanya seakan tak menganggap jelas omonganku,aku tau dia tau ini bukan bercandaan,pipinya bersemu


"I don't even joking" kataku masih memegangi tangannya,dia menatapku,aku tau dia juga menyukaiku ku mohon...


"Would you be my girlfriend?" Tanyaku lantang,dia menatapku lirih


"Justin..." Ucapnya dengan nada lirih


"Ok,you don't have to answer it now" kataku memberinya waktu berfikir,aku tak akan memaksa,tapi juga tidak akan menyerah,she will be mine


-Normal POV-


Jassie sedang melipat baju olahraganya dan sebuah tangan memeluk pinggangnya membuatnya terlonjak


"Marrie?" Marrie hanya tersenyum melihat sahabatnya kaget karenanya,dia duduk disamping Jassie sambil memandanginya membereskan baju olahraganya


"What's happen?" Tanya Jassie setelah selesai,dia tau ada sesuatu yang ingin dibicarakan Marrie


"It's about...I need your help" katanya sambil melirik kekiri dan ke kanan,sedangkan lawan bicaranya mengernyit


"Help for?" Tanya Jassie penasaran,Marrie seakan malu mengatakannya tapi akhirnya dia mengatakannya juga


"Justin" seperti dipompa lebih cepat,debaran jantung Jassie seakan semakin kencang


"Yes?" Pinta Jassie agar Marrie melanjutkan kata-katanya


"Can help me closer to him? I know this is crazy, but you know? I fell in love with him" ucap Marrie gamblang,Jassie menggigit bibir bawahnya,seakan berfikir keras,dia menyayangi Marrie tentu saja,dia mau membantu Marrie,tapi... Justin? Bukankah cowok itu sedang menunggu jawabannya? Apakah Marrie bisa membuat Justin berubah fikiran? Karena Jassie tak mau kalau persahabatannya dan Justin terbuang sia-sia jika mereka pacaran dan putus nantinya,Marrie masih menunggu jawaban Jassie,sedangkan Jassie sedang berfikir keras,dia tidak mau merusahk persahabatannya dengan Justin,tapi... Kalau Justin punya pacar akankah dia sedekat dulu? Akankah Justin tetap berada di sisinya setiap waktu dan bebas memeluknya tanpa ragu?


"Okay" dengan yakin Jassie menyetujui permintaan Marrie,seakan tak sadar dia sudah menggali kuburannya sendiri


"Thaaaanks" kata Marrie sambil memeluk erat Jassie


"The first time I saw you both I think you're couple" kata Marrie setelah melepas pelukannya


"How can?" Tanya Jassie sambil menali tali sepatunya yang sedari tadi belum dia kenakan


"I see the way you look at each other" Jassie hanya tersenyum,disudut hatinya dia tau dia membuat sudut itu retak,dan semakin lama retak itu akan semakin besar dan ketika bom waktu menunjukan kekuasaannya bom itu ikut menghancurkan seluruh hatinya


-Jassie's POV-


Seminggu sudah sejak pernyataan cinta Justin dan ketika Marrie minta bantuanku,setiap hari pula aku berusaha mendekatkan mereka berdua,kami pulang bersama setiap hari,karena aku tak mau menghancurkan hati mereka,aku tetap ikut pulang bersama mereka,tetapi aku duduk di jok belakang,tempatku di tempati Marrie,tentu saja,walaupun Justin heran karna itu tapi dia tak mungkin menolak

'Sampailah dimana hatiku mulai pecah satu persatu bagian'

"do you love our friendship?" Tanyaku ketika aku hanya berdua dengan Justin di balkon kamarku,hal yang seminggu ini tak lagi kami lakukan


"Of course" katanya tenang,aku mencoba mengumpulkan kekuatanku,aku tau aku salah memilih jalan.Kenapa aku baru menyadarinya sekarang? Aku tau aku tak akan kuasa jika melihat Justin dengan gadis lain,walaupun itu Marrie,aku tau aku akan kehilangan sosoknya yang selalu muncul dalam hariku,tapi nasi sudah menjadi bubur,kalau aku menerima Justin aku akan sangat menyakiti Marrie,dan kenapa aku baru menyadari kalau aku mencintai Justin?


"So...let me go" kataku dengan berat hati,dia seperti melotot ke arahku karna perkataanku aneh


"What?" Katanya lagi,aku terdiam dan kurasakan buliran di mataku perlahan tumpah


"tell me why I should to do that?" Katanya lagi sambil mencoba membuatku menatap matanya,aku tak sanggup,aku terlalu lemah untuk hal baru semacam ini,ini pertama kalinya aku rasakan,cinta pertamaku

'Jaga ucapanmu atau kau akan kehilangan semuanya'

"there are girls who love you more than me, even I'm not sure I love you" kataku berusaha sok tegar,dia menatapku kecewa,kata-kataku mulai mengetuk hatinya dengan palu yang keluar dari mulutku


"how do you know the feelings of others while you don't know your own feelings!" Katanya tegas,aku terdiam kepingan kedua sudah jatuh dan pecah


"I know my feelings! I love you Justin... As my besfriend,and you also feel the same" kataku tanpa melihat matanya,mataku masih mengalirkan air mata,dia megenggam tanganku kencang


"I look at you as a girl! I love you as boy love girl! I know you also feel it!" Katanya sambil mengguncang bahuku,aku mengingat memori kebersamaan kami,akankah kami tetap begitu setelah ini?


"I can't,the only one who loves you in that way only Marrie, not me" dia terdiam cukup lama untuk mencerna kata-kataku,aku melihatnya marah,sedih bukan Justin yang ceria lagi


"Marrie? so you want me along with Marie? during the week I'm waiting for your answer and you actually want me to love Marie?" Katanya dengan nada yang serasa menyayat hatiku,AKU CINTA KAMU! Tapi aku telah memilih jalan yang salah! Aku terlalu naif! Biarkan aku yang terluka,tetapi aku tak menyangka ini sangat menyakitimu


"I've promised not to force you but also will not give up, well I'll try to love Marrie if this is like what you want" katanya lagi,aku sesegukan sekarang menangisinya,kebodohanku,kenaifanku,dan sikap sok tegarku!semuanya! Aku bodoh!


"once again I ask you, are you don't love me as a girl loves a boy?" Ucapnya lagi dan memintaku menatap matanya,aku menarik nafas dalam,mengeraskan sementara hatiku sebelum hancur total


"Yes" kataku pasti,dia menatapku sendu lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu


"stop crying then, try to be honest with yourself, and you don't have to worry I'll try to love Marrie as you want" katanya sambil memutar kenop pintu,dia benar untuk apa aku menangis kalau aku tidak mencintainya,tapi kenyataannya aku mencintainya!


---


Sebulan sudah sejak kejadian Justin menembakku,dan sekarang kami menjalani kehidupan kami seperti dulu,dan aku berhasil membuatnya dekat dengan Marrie,mereka sedang di tahap pendekatan ke arah jadian malah,aku senang melihat mereka bahagia? Aku munafik kalau aku bahagia,karna aku pasti juga terluka karenanya,tapi untuk apa aku menangis? Aku yang sudah menendangnya pergi


Seperti biasa kami pulang bertiga hanya saja hari ini Ryan dan Chaz ikut bersama kami karna kami akan makan-makan untuk merayakan masuknya musim panas,aku duduk di jok belakang di antara Chaz dan Ryan yang sampai sekarang tak tau dan takkan pernah tau tentang pergerumulan emosi tempo hari antara aku dan Justin,tak boleh bahkan Marriepun tak boleh


"you guys are closer lately huh?" Tanya Ryan yang memang bingung kenapa sekarang Justin jadi lebih sering bersama Marrie,bukan hanya mereka,bahkan satu sekolahpun bingung


"Seriously?" Kata Marrie tersipu,Justin tersenyum melihatnya sambil masih tetap mengemudi


"can you see? she blushed because you" kata Justin sambil mengacak rambut Marrie,mereka sangat romantis,aku baru sadar tatapannya tak pernah seperti itu padaku,iyakan?


Ryan dan Chaz heboh melihat Justin dan Marrie yang begitu mesra,aku tau aku harus menerima hasil dari perbuatanku,kenaifanku.Kami sampai di depan seven eleven yang dari luar terlihat sepi,kami menghambur ke dalam,hal yang selalu aku dan Justin lakukan tiap kesini adalah berlomba masuk,tapi sekarang aku hanya melakukannya dengan Chaz dan Ryan,Justin sedang berjalan dengan tenang dengan Marrie disisinya,mereka sangat cocok.Lagi-lagi aku kehilangan serpihan hatiku yang kurasa sudah tak ada lagi setengah,aku masuk ke dalam dan mencoba melupakannya walaupun itu tak mungkin.


---


Chaz pulang ketika ibunya sudah menjemputnya dan tentu saja sobat karibnya Ryan nebeng bersamanya,tinggal aku ,Justin dan Marrie. Sepertinya ini waktu yang tepat agar mereka jadi kekasih,baiklah aku mengalah aku berjalan menjauh dari mereka dan Justin mengejarku


"Jassie where are you going?" Katanya sambil menarik tanganku.


"What's happen?" Kataku gamblang,seakan tau kalau ada sesuatu yang ingin di katakannya


"actually I've been together with Marie" seakan ada petir yang menyambarku aku terbatuk lalu kurasakan lagi kepingan hatiku kembali jatuh,mungkin sekarang tinggal bagian-bagian kecil yang belum hancur


"Co...congratulation!" Kataku sebisa mungkin terlihat bahagia,dia tersenyum dan memelukku,sekilas,itu bukan lagi pelukan hangatnya yang dulu,aku harus terima Justin bukan lagi dia yang dulu,yang selalu siap untukku,bukan lagi.


---


Sudah masuk minggu pertama di musim panas,seakan semangatku kembali di bangunkan,walaupun tanpa dia yang ceria,kini aku mulai rindu sosoknya,dulu kamu yang menyanyikan aku lagu 'officialy missing you' sepertinya karma menyerangku,karna seharusnya aku yang menyanyikan itu sekarang,selama beberapa hari aku tak bersamanya,dia jauh sangat jauh tak terjangkau disana


Aku sedang duduk di atas kursi malasku di balcon sambil menyeruput lemon teaku,udaranya panas tapi seketika sejuk ketika aku meneguk ice lemon tea yang dibuatkan oleh maidku,tapi serasa kembali mendidih aku melihatnya! Aku melihat Marrie dan Justin yang sedang berenang bersama,Marrie terlihat cantik dengan bikin kuningnya dan Justin terlihat sexy dengan tubuhnya yang sedang shirtless,mereka sedang tertawa bersama,aku rindu masa-masa dimana aku yang membuatnya tertawa,dimana hanya aku yang di pandanginya dengan tatapan itu,bukannya pergi aku malah terus melihat mereka berdua yang serang saling mendekat dan.... Bibir Justin yang ku tau untuk pertama kalinya mencium gadis,gadis itu adalah Marrie! Haruskah begini? Haruskah didepanku?salah bukan salah mereka,aku yang menonton mereka


---


Aku duduk di teras belakang menghadap ke halaman,kurasakan angin musim panas yang membawa terik tapi lumayan menyejukkan menyentuh tubuhku,dibarengi sentuhan seorang yang hampir aku lupa bagaimana erasa sentuhan tangannya menepukku


"Jassie?" Justin,berdiri di hadapanku,tapi tanpa Marrie.Bukankah mereka bersama? Kemana dia?


"Yes?" Kataku santai,dia menatapku sesaat lalu akhirnya menggeleng


"I just wanna know your condition" aneh,untuk apa masih memperdulikanku,aku mengangguk dan tersenyum sekilas,lalu aku berbalik pergi,ke arah pintu gerbang halaman belakang,air mataku tumpah,dan tak kui sangka Justin mengejarku,aku justriu berlari ketika tau dia mengejarku,aku menyebrang Justin menyebrang


Bruuk


Aku dengar suara orang terbanting,tidak itu tidak mungkin Justin kan?aku berbalik dan....


Nafasku terhenti ketika melihat tubuh orang yang ku sayang tergeletak di jalan,aku berlari menghampiri Justin yang sudah berlumuran darah...


Darah Marrie yang mengucur deras,ini lagi-lagi ke salahanku,aku membuatnya tertabrak mobil,karena aku Justin mengejarku,dan karna itu Marrie tertabrak!Justin melemas sambil berteriak minta tolong,aku menyetop taksi yang kebetulan lewat dan aku meminta taksi itu secepatnya sampai ke rumah sakit.Orang tua Marrie sudah di telpon,aku dan Justin terduduk lemas di depan ruang UGD dengan tangis yang sudah pecah sejak tadi,aku lihat Ryan dan Chaz datang dan Chaz menepuk bahu Justin sekedar memberikan kekuatan,Ryan tau aku juga shock dengan gentle dia memelukku,aku tau ini yang kubutuhkan sekarang


---


Sudah dua hari sejak insiden mengerikan itu,secara resmi Marrie dinyatakan koma.Orang tuanya tak menyalahkan siapapun,karna ini memang kecelakaan,bukan disengaja. Setiap hari karna sedang liburan musim panas aku slalu datang ke rumah sakit,begitupun Chaz dan Ryan,tapi hanya satu orang yang slalu setia di sana... Justin,sejak awal dia ada disana,sejak awal Justin disana,sampai kami pulang dan datang kembali dia tetap akan disana


"Morning" sapaku suatu pagi ketika aku berniat mengantarkan bunga-bunga baru untuk Marrie,Justin masih tidur,dia tertidur di kursi disamping tempat tidur Marrie,tangannya megenggam tangan Marrie seakan takut kehilangan,aku hanya bisa tersenyum miris.


-Normal POV-


Jassie terduduk lemas di sofa di ruangan itu dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya,air matanya tumpah untuk ke sekian kalinya,tanpa sadar tangisnya membangunkan Justin,Justin mencari sumber suara dan langsung memeluk Jassie sahabat yang sudah akhir-akhir ini dia abaikan

'Nasi sudah menjadi bubur,satu-satunya jalan terbaik adalah melepasmu'

"why are you crying?" Tanyanya sambil melekatkan pelukannya,pelukan yang sudah tak pernah lagi dia berikan pada gadis yang pernah dicintainya,atau malah masih dicintainya?


"This is all because of me!" Isak Jassie keras,dia makin menangis,putaran memori memenuhi kepalanya,seakan diangkat ke tempat tinggi ketika memori dia bersmaa Justin kembali diingatkan dan dia dibanting sekaligus ketika memori tentang Justin yang semakin lama lupa akan dirinya dan ketika dia melihat Marrie yang tergeletak tak berdaya ,dia menangis lagi


"This is not your fault!" Bentak Justin dan membuat Jassei dIam seribu bahasa


-Jassey's POV-


3 bulan,aku masih sering datang melihat Marrie yang masih koma,dengan Justin yang selalu setia bersamanya,tapi sekarang aku bersamanya di taman,kami duduk tanpa saling bicara sampai ketika aku mendengar tangisannya pecah,kehancuran yang selama ini tak pernah ku lihat dari seorang Justin,baiklah aku ingat aku pernah melihat ini ketika aku beradu argumen dengannya tepat 4 setengah bulan yang lalu,waktu itu dia tidak menangis,tapi dia seperti ini terasa hancur


'Seandainya aku bisa putar balikan waktu,aku ingin kembali ke saat kau menyatakan cintamu,tapi semua sudah berakhir'


"I'm here to you,you may cry, take out all your pain!" Seruku dan dia memelukku lalu menangis di bahuku,aku mengelus lembut rambut emasnya yang kurindukan,lambat laun tangisnya hilang dia menatapku sambil mengucap terima kasih dengan susah payah


"T...tha..thanks" ucapnya lirih,mataku berair,ini menyakitkan daripada apapun


'Air mataku yang turun karna melihatmu dengannya tak sebanding dengan air mata yang keluar karna merasakan kepedihanmu'


"You love her?" Tanyaku spontan,dia menatapku dan mengangguk


"you still love me?" Kataku seperti tak sadarkan diri,dia menatapku bingung,aku tak memaksanya menjawab,dia mengerahkan sendiri bibirnya untuk menjawabku


"Yes" katanya lagi,aku tau ini gila,tapi aku tak bisa terus terjebak di sini,aku melibatkan dIa dan Marrie,karna perasaanku yang begitu naif banyak yang terluka,aku terdiam cukup lama,entah kerasukan setan apa Justin mendekatiku dan menciumku,kurasakan bibir lembutnya,ciuman pertamaku dicurinya...


"Justin" kataku lirih,dia tersadar dan segera memalingkan wajahnya,bukan,bukan tersipu tapi lebih kearah malu karna bisa melakukan hal gila ini,dengan sahabatnya


"It is just kiss" kataku lagi,aku beranjak meninggalkannya ketika aku yakin dia sudah tak apa


---

How do I end up in the same old place,
faced again with the same mistakes,
so stubborn thinkin I know what is right,
but life proves me wrong everytime

Kudengar Justin tidak enak badan,jadi dia dirumah,aku kerumahnya ketika dia sakit,itu sudah pasti,itu kebiasaan kami.


"Justin? Are you there?" Tanyaku sambil membuka sedikit pintu,tak ada jawaban.Ketika aku masuk dia sedang tidur,wajahnya yang tampan masih jelas walaupun tertutup kesedihan


"Marrie? Marrie? you've passed out?"


"Marrie,I miss you, I love you"


"Marrie don't leave me"


Perlahan lututku lemas,harapan yang dulu sangat aku inginkan terkabul,Justin sepenuhnya mencintai Marrie,bukan aku


"Uhuk uhuk" Justin terbatuk dan kulihat dia mengerjapkan matanya


"Justin,are you sick?" Kataku memasang wajahku yang sok ceria,dia menggeleng padahal sudah jelas dia sakit


"I want to solve the problems between us" katanya menarik tanganku yang hendak keluar,aku menurut,dia benar ini harus selesai


"we are best friends, and forever will be like that, but now I've got Marrie ... although she was sick she will realize one day, we should not get too close, you who want this..." Lagi-lagi aku dibanting hatiku yang bahkan sudah mati ini kembali di banting lagi?baiklah aku harap ini yang terakhir


"I LOVE YOU!I was too stupid and naive! I never want any distance between us! that's what made me pick that turned out to actually hurt me hurt you, I managed to find a cure and isn't it? Marrie is a pain medication, it's over, as I've said, we're bestfriend and forever will be bestfriend" serasa beban yang kupikul selama ini lepas begitu saja,kurasakan tangannya mendekapku


"Could I ask for something for the last time?" Tanyaku di dalam dekapannya,dia mengangguk,aku mengendurkan pelukan,dan menatapnya


"Kiss me"

'Bolehkah aku merasakan ini?sebagai penutup dari mimpi buruk ini'

Dia mendekatkan tubuhnya lagi,nafas hangatnya ku rasakan menyentuh wajahku,dan...


Dia mengecup dahiku lembut dan cukup lama,ini memang bukan yang aku minta,tapi yang aku butuhkan,ciuman tulusnya,dengan hatinya,dan mungkin dengan sisa cintanya untukku dan dengan ini ku akhiri cintaku untuknya,cinta pertamaku,pengorbananku,ku akhiri semua cintaku untukmu,sahabatku sejak kecil Justin Drew Bieber,dengan ini cintaku berakhir disini


-The End-

1 comment: